Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Mon - Sun: 6:00 - 23:00

Penutupan Pemerintahan AS Tak Berpengaruh pada Perekonomian Indonesia

Penutupan Pemerintahan AS Tak Berpengaruh pada Perekonomian Indonesia

Pandawa FM, ( Jakarta ) - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk menghentikan sementara operasionalnya akibat tak kunjung cairnya anggaran negara yang tidak disetujui oleh Senat. Hal ini ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

Sebab, penghentian sementara itu sudah sering terjadi sebelumnya meski dalam di masa Trump merupakan yang pertama kalinya dalam 5 tahun terakhir. Penghentian ini juga biasanya tidak berlangsung lama. Dari total 18 kali, hanya 6 kali penutupan pemerintahan AS yang berlangsung 10 hari atau lebih.

Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE), Pieter Abdullah Redjalam mengatakan Itu selalu merupakan kondisi yang hanya terjadi dalam waktu yang sangat pendek. Kalau menurut saya minimal sekali ya dampaknya, yang terjadi kan shutdown government yang artinya untuk industri kan tetap berjalan seperti biasa.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak ada kaitannya dengan pemerintah AS. Justru yang berpengaruh besar pada perekonomian Indonesia adalah pihak swasta atau para investor sebagai pemegang dana. Dia juga memastikan, dampak penutupan tersebut tak memengaruhi nilai tukar rupiah.

"Peran pemerintah AS itu kecil kepada kita, yang lebih besar itu swastanya yaitu pemegang dana para investor. Mereka itu tidak terikat pada kondisi di AS," ucapnya.

Namun, berbeda dengan kebijakan AS yang menaikkan suku bunga The Fed. Kebijakan The Fed berpotensi menggerakkan aliran dana yang dimiliki investor. 

"Tapi untuk kita yang terjadi sekarang shutdown-nya ini tidak akan berpengaruh pada investor. Investor stay calm saja tidak apa-apa karena ini suatu kondisi yang tidak terlalu luar biasa di AS," kata dia.

Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kondisi tersebut memang cukup mengkhawatirkan meski tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar upiah.

Pasalnya, hal itu bisa berimbas terhadap ekspor, investasi, serta surat utang negara. Indef memperkirakan, shutdown ini akan berlangsung lebih dari dua pekan lamanya. Dengan pertumbuhan ekonomi AS yang tercatat sebesar 3,2 persen pada triwulan ke-III 2017, atau tercepat dalam tiga tahun terakhir, maka shutdown akan menurunkan prospek ekonomi negeri Paman Sam tersebut.

Bhima mengatakan Secara spesifik, jika shutdown berlangsung cukup lama kinerja perdagangan Indonesia ke AS berpotensi terganggu, sehingga kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2018 berpotensi menurun.

Bagi Indonesia, dampak terjadinya shutdown sangat minim ke nilai tukar rupiah atau bersifat temporer. Proyeksi rupiah masih berada dalam rentang yang terkendali di kisaran Rp13.350-13.400 ketika terjadi shutdown. 

“Dalam posisi ini justru rupiah akan diuntungkan. IHSG pun masih tetap positif diangka 6.490 sampai 6.500, didorong oleh sentimen investor dalam negeri terhadap prospek pemulihan ekonomi Indonesia,” ucapnya.

 

Sumber: iNews. Id 

 

 

  • Hits: 640