Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Mon - Sun: 6:00 - 23:00

Lingga Hari Ini: Setelah Jadi Kabupaten, Benarkah Lebih Bermartabat?

Lingga Hari Ini: Setelah Jadi Kabupaten, Benarkah Lebih Bermartabat?

Tanjungpinang, (19/11/2025) — Pandawa Radio 103.9 FM kembali hadir menemani Mitra Pandawa setiap hari Selasa pagi dalam program inspiratif Sudut Mata: Secuil Ulasan Kehidupan Tokoh. Dipandu oleh Mastur Tahir, program ini selalu mengajak kita menelusuri kisah inspiratif dan warisan budaya yang membentuk identitas masyarakat Kepulauan Riau. Pada kesempatan ini, Pandawa Radio menghadirkan sosok istimewa seorang tokoh pejuang pembentukan Provinsi Kepri dan penulis buku, Bapak Drs. Abdul Haji. 

Diskusi mendalam yang diselenggarakan oleh Pandawa Radio 103.9 FM mengangkat tema provokatif, “Lingga Hari Ini: Setelah Jadi Kabupaten, Benarkah Lebih Bermartabat?” menghadirkan narasumber kunci dalam sejarah perjuangan pemekaran Lingga, Drs. Abdul Haji, seorang penulis dan tokoh yang fokus pada sejarah dan kebudayaan.

Perjuangan Berdarah-darah Menuju Otonomi

Drs. Abdul Haji, yang dikenal aktif menulis sejak masa kuliah, mengawali perbincangan dengan menceritakan kembali momen-momen kritis pembentukan Kabupaten Lingga pasca-Reformasi pada tahun 1999. Ide pemekaran muncul karena keresahan terhadap usulan awal yang hendak menggabungkan Lingga dengan Karimun, sebuah langkah yang dinilai justru memperpanjang rentang kendali dan menyulitkan masyarakat Lingga.

Sebagai tanggapan, Drs. Abdul Haji segera memobilisasi tokoh-tokoh kekerabatan dari Lingga, Senayang, dan Singkep di Tanjung Pinang. Beliau kemudian ditunjuk sebagai ketua perjuangan, membentuk Forum X Kewidanaan Lingga. Perjuangan ini tidak mudah, bahkan proposal Lingga sempat tidak dimasukkan dalam daftar usulan pemekaran awal.

Secara politis, perjuangan Lingga turut bersinergi dengan Komite Pemekaran Kepulauan Riau (KPKR) yang berjuang menjadikan Kepulauan Riau sebagai provinsi otonom. Menariknya, di tengah hambatan dari Provinsi Induk (Riau), terbentuknya Kabupaten Lingga justru didorong oleh beberapa pihak di Pekanbaru untuk memenuhi syarat minimal provinsi otonom. Perjuangan ini berpuncak pada Musyawarah Besar Masyarakat Lingga di Dabo Singkep pada Juli 2002, yang semakin memperkuat tuntutan otonomi daerah.

Dari Daerah Tertinggal Menuju Martabat

Menanggapi anggapan umum bahwa Lingga adalah daerah "tertinggal" atau "termiskin," Drs. Abdul Haji mengakui bahwa kondisi ekonomi Lingga sebelum menjadi kabupaten memang sulit. Penutupan PT Timah di Dabo pada tahun 90-an menyebabkan eksodus besar-besaran penduduk ke Bintan, Karimun, dan Batam.

Namun, beliau menegaskan bahwa setelah menjadi kabupaten, Lingga kini "jauh lebih bermartabat". Argumen ini didukung data konkret:

  • Peningkatan Keuangan: APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) meningkat drastis. Dulu hanya sekitar Rp18 miliar, kini mencapai Rp800 miliar hingga Rp1 triliun.
  • Akses Pelayanan Dasar: Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) meningkat dari empat menjadi lebih dari sepuluh, dan Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) bertambah dari tiga menjadi lebih dari sepuluh di berbagai pulau.
  • Kebudayaan dan Pariwisata: Lingga menjadi rumah bagi warisan budaya tak benda terbanyak di Kepri. Museum Lingga juga cukup dikenal, dan pariwisata sejarah mulai dilirik oleh biro perjalanan dari Malaysia, penasaran dengan julukan "Gunung Daik bercabang tiga".

Tantangan Masa Depan dan Pesan untuk Generasi Muda

Ke depan, Lingga akan fokus pada sektor perkebunan (sawit), pariwisata, dan industri pengolahan kayu dan perikanan. Proyek-proyek besar seperti pembangunan markas Kodim dan PCN Aluminium diharapkan menjadi magnet perekonomian.

Namun, Drs. Abdul Haji menyuarakan kekhawatiran serius: bagaimana menyeimbangkan investasi dan pembangunan agar 100.000 penduduk asli Lingga tidak merasa "seperti tidak bertuan di negerinya sendiri", mencontoh kasus investasi di Rempang. Pembangunan harus didukung infrastruktur jalan, pelabuhan, dan transportasi laut yang memadai, serta wajib memperhatikan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang transparan.

Sebagai penutup, beliau menyampaikan pesan penting bagi generasi muda. Lingga adalah Bunda Tanah Melayu yang memiliki peradaban tua sejak abad ke-11. Generasi muda harus giat belajar, menggali sejarah, dan menjadi kritis untuk mengawal kemajuan. Drs. Abdul Haji berharap Pemerintah Kabupaten Lingga dapat menyediakan beasiswa yang berfokus pada prestasi dan kebutuhan daerah untuk mencetak sumber daya manusia unggul yang siap memimpin dan menjaga martabat tanah Lingga.

Bersumber : Pandawa Radio 103.9 FM - Lingga: Jauh Lebih Bermartabat

(https://youtu.be/_FQCZtTDqRA?si=FZDKftaSzLoVFm4y)

  • Hits: 2