Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Mon - Sun: 6:00 - 23:00

Menyongsong Festival Sastra Internasional Gunung Bintan: Menggali Semangat, Sejarah, dan Harapan Budaya Melayu

Menyongsong Festival Sastra Internasional Gunung Bintan: Menggali Semangat, Sejarah, dan Harapan Budaya Melayu

Tanjungpinang (14 Oktober 2025) — Setiap hari Selasa pagi, radio Pandawa rutin menghadirkan acara "Sudut Mata" yang selalu dinantikan oleh para pendengar setia. Pada edisi ke-11 ini, acara berlangsung hangat dan penuh makna dengan kedatangan seorang tokoh penting dalam dunia sastra dan kebudayaan Melayu, yaitu Datuk Sri Laila Budaya H. Rida Kaliamsi, SP. Dalam perbincangan yang mendalam, beliau mengulas berbagai aspek mulai dari perjalanan hidup, karya-karya, hingga semangat di balik perhelatan besar yang akan datang: Festival Sastra Internasional Gunung Bintan.

Sejarah dan Perjalanan Inspiratif

Datuk Rida, demikian beliau akrab disapa, memulai kisah hidupnya dari Singkep, Lingga. Ia adalah sosok multitalenta yang tidak hanya dikenal sebagai penyair dan budayawan, tetapi juga sebagai sejarawan dan jurnalis. Awalnya berkarier sebagai guru, kemudian menjadi wartawan dan mendirikan media sendiri seperti Pekanbaru Hari Genta dan Tanjung Pinang Pos. Perjalanan panjangnya penuh warna, termasuk pencapaian gelar SP dari Dewan Kesenian Riau sebagai pengakuan atas karya dan kontribusinya di bidang seni dan budaya Melayu.

Lebih dari 30 buku karya beliau mencakup genre sejarah, sastra, dan kumpulan puisi, yang semuanya menjadi warisan budaya yang berharga. Ia menegaskan bahwa karya sastra dan sejarah adalah jembatan penting yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, sekaligus sebagai fondasi membangun identitas bangsa.

Budaya Melayu: Tradisi, Bahasa, dan Keberagaman

Dalam wawancara, Datuk Rida menyoroti kekayaan budaya Melayu yang sangat kental dan berakar kuat. Ia menjelaskan bahwa kekuatan budaya Melayu terletak pada bahasa yang khas, aksara Arab-Melayu, serta tradisi kesenian seperti pantun dan syair. Tradisi ini telah hidup dan berkembang selama berabad-abad, diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.= Lebih dari itu, budaya Melayu juga tercermin dari berbagai aspek kehidupan seperti tradisi minum kopi, kedai kopi sebagai tempat diskusi, serta makanan khas seperti nasi dagang. Semua ini menunjukkan kreativitas dan inovasi masyarakat Melayu yang mampu membangun identitas budaya yang unik dan berkelanjutan.

Festival Sastra Internasional Gunung Bintan: Menghidupkan Kembali Kejayaan Literasi Melayu

Mengangkat tema "Menyongsong Perhelatan Festival Sastra Internasional Gunung Bintan," Datuk Rida menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar acara literasi biasa, melainkan simbol kebanggaan dan upaya membangkitkan kembali kejayaan dunia sastra Melayu yang pernah merajai kawasan ini di masa lalu. Ia menuturkan bahwa Bintan, yang memiliki sejarah kerajaan tertua dan tradisi nobat, merupakan simbol kekayaan budaya dan sejarah yang harus terus dipelihara dan dipromosikan.

Festival ini dihelat setiap tahun sejak 2016 dan telah memasuki edisi kedelapan. Berbeda dari festival sastra lain, acara ini menonjolkan peluncuran buku bersama, baca puisi berantai, serta pengenalan budaya melalui kunjungan ke situs sejarah dan tradisi lokal. Selain itu, festival ini juga menjadi wadah bagi karya-karya puisi dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Myanmar, yang dikumpulkan dan dipentaskan secara internasional.

Dampak Budaya dan Ekonomi

Selain aspek budaya, Datuk Rida menekankan bahwa festival ini memiliki dampak positif terhadap pariwisata dan ekonomi daerah. Masyarakat yang datang tidak hanya menikmati karya sastra, tetapi juga berinteraksi melalui wisata budaya, menikmati kuliner khas, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang memperkaya pengalaman mereka. Ia menjelaskan bahwa keberhasilan festival ini bukan hanya dari segi ekonomi langsung, tetapi dari pembangunan karakter dan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya.

Pesan dan Harapan

Di akhir perbincangan, Datuk Rida menyampaikan pesan penting kepada pemerintah, generasi muda, dan para sastrawan. Ia menegaskan bahwa membangun karakter bangsa harus diawali dari kesadaran sejarah dan pelestarian budaya. Ia mengingatkan bahwa bangsa yang lupa sejarah dan budaya adalah bangsa yang rapuh dan rentan kehilangan identitasnya.

Sebagai penutup, beliau menyampaikan bahwa sastra dan budaya Melayu harus terus dilestarikan dan dikembangkan agar tetap menjadi kekuatan yang mampu membangun bangsa dan mempererat hubungan antarbangsa. Ia juga mengingatkan bahwa tradisi dan inovasi harus berjalan beriringan agar warisan budaya tetap relevan dan hidup di tengah zaman yang terus berubah.

Penutup

Perbincangan inspiratif ini menegaskan bahwa sastra dan budaya Melayu bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi kekuatan yang harus terus diperkaya dan dikembangkan. Festival Sastra Internasional Gunung Bintan diharapkan mampu menjadi momentum untuk memperkuat identitas, memperkenalkan kekayaan budaya ke dunia internasional, dan membangun generasi yang mencintai dan melestarikan warisan nenek moyang.

  • Hits: 17