Peran Pendidikan Islam dalam Pembangunan Kepri

Tanjungpinang, 19 Agustus 2025 – Pandawa Radio kembali menghadirkan program Sudut Mata – Kilasan 3 dengan tema “Peran Pendidikan Islam dalam Pembangunan Kepulauan Riau (Kepri)”. Program yang dipandu Mastur Taher ini menghadirkan narasumber Dr. H. Muhammad Faisal, M.Ag, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman, Kepulauan Riau.
Acara ini berlangsung dua hari setelah peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, menjadi momentum refleksi penting mengenai peran pendidikan, khususnya pendidikan Islam, dalam pembangunan daerah.
Perjalanan Pendidikan dan Karier
Dalam perbincangan, Dr. Faisal membagikan kisah perjalanan pendidikannya sejak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tanjungpinang pada tahun 1980 hingga menempuh pendidikan tinggi di berbagai kota, termasuk Pekanbaru, Padang Panjang, Surakarta, hingga Malaysia. Ia juga sempat aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan menjadi bagian dari alumni pertama STAIN Surakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan S2 di IAIN Pekanbaru dan melanjutkan ke jenjang doktoral di Malaysia, Dr. Faisal kembali ke Kepulauan Riau dengan tekad untuk membangun daerah. “Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau tidak bisa membangun daerah sendiri,” ujarnya.
Perjuangan panjang pun ia lakukan bersama tokoh-tokoh daerah agar Kepri memiliki perguruan tinggi Islam negeri. Upaya tersebut berbuah hasil pada 2010 dengan berdirinya STAI Sultan Abdurrahman yang kemudian resmi berstatus negeri pada 2017. Sejak itu, Dr. Faisal dipercaya memimpin kampus tersebut hingga saat ini.
Islam sebagai Pondasi Budaya dan Pembangunan
Dalam pandangannya, pendidikan Islam memiliki peran vital dalam pembangunan Kepri. Hal ini tidak terlepas dari realitas budaya Melayu yang identik dengan Islam sejak masa kerajaan. “Islam itu menjadi pondasi dasar bagi masyarakat Melayu, dan pemimpin kita dari dulu selalu dekat dengan agama,” kata Faisal.
Menurutnya, peran pendidikan Islam bukan hanya sebatas pengajaran agama, melainkan juga menyentuh aspek sosial, budaya, hingga ekonomi. Program studi di STAIN misalnya, kini meliputi bidang hukum, komunikasi penyiaran Islam, ekonomi Islam, hingga pendidikan bahasa. “Hari ini, gelar akademik lulusan pendidikan Islam sudah setara dengan perguruan tinggi umum, misalnya sarjana hukum dan sarjana ekonomi,” jelasnya.
Sinergi Pemerintah, Kampus, dan Masyarakat
Dr. Faisal menekankan pentingnya sinergi antara kampus, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam membangun Kepri melalui pendidikan Islam. “Jangan sampai kampus bergerak sendiri, pemerintah juga sendiri. Harus ada dialog agar pendidikan menjadi bagian dari pembangunan,” tegasnya.
STAIN Sultan Abdurrahman, lanjutnya, telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Agama, termasuk dalam program pelatihan mubalig dan pengembangan dakwah digital. Mahasiswa pun dibekali pemahaman keagamaan yang kokoh melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) agar mampu berkontribusi langsung di tengah masyarakat.
Pendidikan Islam Sebagai Motor Pemersatu
Di akhir dialog, Faisal menegaskan bahwa pendidikan Islam di Kepri tidak hanya berfungsi sebagai instrumen pendidikan, tetapi juga menjadi motor pemersatu masyarakat yang beragam latar belakang. “Walaupun berbeda asal-usul, ketika masuk dalam struktur kemelayuan, semua menjadi satu. Agama hadir untuk memperkuat realitas itu,” tutupnya.
Program Sudut Mata – Kilasan 3 ini menjadi refleksi bahwa pendidikan Islam tidak hanya mendidik secara spiritual, tetapi juga membentuk generasi yang siap membangun daerah dengan nilai keilmuan, budaya, dan moralitas Islami.
- Hits: 62